
Menuju Generasi Emas Indonesia Abad 21
Bapak, Ibu, dan para wisudawan/wisudawati SMPIT IQRO' Angkatan 22
Al-hamdulillahi rabbil alamin. Bahagia sekali suasana hati kita hari ini, sepatutnya hati dan lisan kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala atas begitu banyak nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita.
Hari ini, bukan hanya moment besar pertama, kita diperbolehkan berkumpul berkerumun secara fisik dalam satu ruangan tertutup bersama orang-orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita; guru, teman, dan orang tua tercinta.
Semoga ini adalah indikasi awal kembalinya kebebasan kita bergerak, beraktifitas dan berinteraksi antar sesama tanpa cekaman rasa kekhawatiran akan terkena virus corona yang mematikan. Walau bukan berarti saat ini tak perlu lagi ada kewaspadaan, apalagi tak merasa perlu lagi menjaga kebersihan.
Selain karena masa pandemi yang telah usai, hari ini adalah hari kebahagiaan kita, hari di mana kita merayakan kesyukuran atas selesainya program belajar di jenjang sekolah menengah pertama di SMPIT IQRO' dalam masa waktu 3 tahun.
Ya, hanya 3 tahun, tak lebih, tapi ada 3 ribuan lebih potongan berbagai cerita yang apik terangkai dalam rentang waktu itu. Memang tak semuanya cerita indah yang dihiasi canda tawa bahagia riuh rendah, banyak pula cerita pahit, getir, dan memilukan hati. Apalagi saat menjalani hari-hari pertama bergabung dalam ritme kehidupan di SMPIT IQRO' yang padat agenda, terlepas dari pelukan hangat orang tua tercinta, terpisah dari ruang lingkup rumah yang penuh kasih sayang bersama ummi/abi, ayah/bunda, mama/papa.
Sedih dan memilukan hati, saat semua kenangan hari-hari berat itu muncul kembali. Berat terasa badan ini bergerak ketika suara adzan shubuh bergemuruh di hari senin pagi, karena akan tiba waktunya diantar ke asrama sekolah, dan dalam masa 5 hari sepekan hari-hariku akan bersama orang-orang asing yang tak kukenal siapa mereka.
Kenangan hari-hari yang indah di lingkungan rumah bersama ayah bunda, bukan menghilang dan tergantikan bersama guru dan teman, tapi justru bayang-bayang kebersamaaan di rumah tiba-tiba hadir menyiksa batin, mengaduk-aduk perasaan. Hati terasa teriris ingin menangis, mendadak dada terasa sesak, leher tercekik, tak jarang butiran air mata menetes tak terbendung saat itu.
Anak-anakku… bukan hanya kalian anak-anakku yang harus merasakan beratnya perjuangan bersekolah pesantren bagi kalian yang baru saja lulus SD yang ingin bermanja ria bersama kami. Kami pun merasakan ketersiksaan hati yang sama sebagaimana yang kalian rasakan saat kami harus menentukan pilihan sekolah untuk kalian di pesantren, terpisah jauh dari jangkauan tanganku yang setiap hari tak lelah menggandeng hangat tanganmu, jauh dari pandangan mataku yang sebelumnya terus memantau penuh rasa kasih sayang kepadamu.
Ummi, Abi, aku mencintaimu… Ayah, Bunda, aku selalu merindukanmu…
Setelah pekan terus bergulir berganti bulan, setelah berbagai kegiatan sekolah kami lakukan, mulai ada rasa kedekatan yang terjalin antar teman, dengan kakak-kakak kelas mulai berani berkenalan, suasana ruang kelas dan asrama mulai berangsur nyaman, tiba-tiba Allah menghadirkan ujian; virus corona menyebar menebarkan ketakutan, semua pihak merasakan keberatan karena ruang-ruang public harus ditinggalkan, tak boleh ada alasan untuk membuat kerumunan, bahkan berkumpul untuk kepentingan belajar ilmu pengetahuan pun tak cukup kuat jadi alasan.
Bila di awal semester pertama kami bersedih harus terpisah dari orangtua saat kami masih ingin dimanjakan, memasuki awal semester kedua kami harus bersedih lagi terpisah dengan teman-teman yang mulai memberikan rasa kenyamanan.
Teman-teman semua tentu masih bisa merasakan, bagaimana perjalanan belajar kita semasa di SMP kemarin, suasana kebersamaan di lingkungan sekolah hanya bisa kita nikmati di semester pertama dan di semester terakhir, di antara rentang waktu itu kita dipaksa harus siap menikmati kebersamaan di ruang virtual yang menjemukan. Tak ada lagi canda tawa dan ekspresi bahagia dalam suasana kebersamaan di ruang-ruang kelas, koridor dan lapangan. Kekhawatiran dan ketakutan akan terkena virus corona yang mematikan memaksa kita terkurung dalam ruangan sempit yang merenggut hak ekplorasi fisik yang sangat kita butuhkan.
Anakku, tak baik meratapi taqdir yang telah ditentukan Allah dalam kehidupan kita. Kita harus yakin bahwa Allah yang Maha Bijaksana, tidak mungkin mentaqdirkan hal-hal buruk dalam kehidupan hamba-Nya. Semua ketentuan Allah pasti berada di atas hitungan yang sangat cermat.
Anakku, pandemic covid hadir tepat di saat kalian berada di usia remaja awal untuk membersamai proses pendewasaan generasi yang unik, Allah ingin mempersiapkan kalian dengan cara berbeda karena tantangan hidup kalian berbeda. Kegiatan belajar kalian 80 % berbasis online agar kalian berkenalan dengan kecanggihan teknologi informasi dan siap bersaing di dunia global tanpa merasa terbatasi.
Engkau benar, wahai guruku. Tiga tahun bersama SMPIT IQRO' banyak hal baru yang terus mendewasakan diriku, banyak kejadian yang membuatku merasa perlu terus belajar mengenali siapa diriku dan duniaku. Kini aku sadar, betapa pentingnya semangat belajar dan terus bersikap sabar. Awalnya aku tersiksa karena tak suka, padahal di situlah pintu kesuksesanku dibuka. Andai saja dulu aku patah semangat tentu pintu kesuksesanku hari ini akan tertutup rapat.
Itulah arti pahitnya kehidupan dunia, satu musibah yang menimpa menawarkan puluhan pelajaran berharga yang tidak satu pun bisa dihadirkan oleh puluhan kenikmatan yang sering membuat kita bangga. Hadapilah tantangan apapun di hadapan, dan yakinlah selalu ada kemudahan di balik setiap kesulitan. Hanya dengan tekad yang tak pernah redup, kalian bisa merangkai sejarah indah perjalanan hidup.
Kalian adalah generasi emas Indonesia di masa depan, kalian adalah calon-calon pemimpin, pemangku jabatan, penentu kebijakan untuk kebangkitan Indonesia ke depan, kalian adalah generasi penentu arah qiblat perubahan, pembangun peradaban di atas pondasi yang telah kami siapkan.
Wahai kalian remaja usia belasan tahun. Sambutlah Indonesia Emas tahun 2045, visi besar bangsa yang harus dicapai di umurnya yang ke 100 tahun paska kemerdekaan, visi besar ini akan berhasil melalui peran-peran strategis kalian di masa depan.
Jangan asyik sibuk dengan urusan kecil diri sendiri, menikmati fitur-fitur gadget dengan jari-jemari, terputus dengan lingkungan karena tak ada rasa peduli, memilih menutup diri tak berani membangun interaksi.
Jangan bangga bisa menikmati kecanggihan teknologi smartphone, bila hal itu tak membuat kalian menjadi generasi smart, remaja millennial bukan hanya dituntut lihai menggunakan fitur-fitur yang disiapkan smartphone, tapi juga dituntut cermat memanfaatkannya untuk pijakan lompatan kecerdasan yang cepat dibanding generasi sebelum kalian.
Generasi Indonesia Emas abad 21 adalah generasi yang memiliki 4 kompetensi dasar; trampil berfikir kreatif, mampu berfikir kritis, mampu berkomunikasi efektif, dan siap berkolaborasi. Generasi Emas tidak akan takut dengan tantangan masa depan dan khawatir dengan eksistensinya, emas tetaplah emas, dimana pun berada ia tetap berharga. Doa kami untuk perjalanan kalian semoga dikuatkan langkah perjuangan kalian dan dimudahkan meniti jalan kesuksesan merealisasikan mimpi kami dan mimpi kalian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh