
Oleh : M.Zhilal Al Haq
Masyarakat dihebohkan dengan temuan di Google soal nilai tukar dolar AS ke rupiah yang menunjukkan angka Rp 8.170,65 per dolar AS, Sabtu [1/2/2025].
Dalam kasus penurunan ekstrem ini, banyak masyarakat yang bertanya apakah ada faktor besar yang menyebabkan perubahan begitu drastis dalam waktu singkat, dan apa maksud dari penurunan nilai tukar dolar yang sedang ramai dibahas tersebut?
Faktor Ekonomi Makro
Sejumlah faktor ekonomi makro dapat menyebabkan penurunan nilai dolar AS. Berikut empat faktor utama:
- Tingkat Inflasi: Inflasi tinggi di AS relatif terhadap negara lain akan mengurangi daya beli dolar, sehingga menurunkan nilai tukarnya.
- Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi di AS yang melambat dibandingkan negara lain dapat mengurangi daya tarik investasi di AS, sehingga menurunkan permintaan dolar.
- Tingkat Suku Bunga: Suku bunga rendah relatif terhadap negara lain akan membuat investor mencari imbal hasil lebih tinggi di negara lain.
- Defisit Perdagangan: AS mengimpor lebih banyak daripada mengekspor, meningkatkan pasokan dolar di pasar internasional dan menekan nilainya.
Namun, isu penurunan mata uang tersebut belum dipastikan kebenarannya, banyak pihak yang menyebut bahwa ada kesalahan data yang diunggah oleh Google.
Analisis Kasus Google Finance: Kesalahan Teknis Nilai Tukar Rupiah
Pada 1 Februari 2025, Google Finance menampilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Euro yang secara signifikan berbeda dari nilai tukar yang berlaku di pasar. Kesalahan ini berlangsung selama beberapa jam. Perbedaan nilai tukar yang ditampilkan mencapai X%, menyebabkan kekacauan dan ketidakpastian di pasar.
Ramdan mengatakan, Data Bank Indonesia mencatat kurs atau nilai tukar dolar AS ke rupiah senilai Rp 16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025. Adapun pihak BI sedang melakukan komunikasi dengan Google Indonesia terkait dengan temuan masyarakat ini.
Kata “error”, “1 USD” dan “rupiah” memuncaki trending media sosial X pada pukul 17.45 WIB. Hingga pukul 18.00 WIB.
Lalu, bagaimana jika dolar AS mengalami penurunan? Apakah menguntungkan atau merugikan masyarakat Indonesia?
Dampak Positif Penurunan Dolar AS
- Harga Barang Impor Lebih Murah
Dolar yang melemah membuat harga barang impor berdenominasi dolar menjadi lebih murah. Indonesia banyak mengimpor bahan baku dan barang konsumsi dari luar negeri. Dengan dolar yang lebih rendah, harga produk impor cenderung turun.
- Mengurangi Beban Utang Luar Negeri
Sebagian utang Indonesia, berdenominasi dalam dolar AS. Jika dolar melemah , nilai utang dalam rupiah menjadi kecil, sehingga beban pembayaran utang luar negeri berkurang. Ini bisa membantu mengurangi defisit anggaran negara.
- Meningkatkan Pariwisata Domestik
Membuat wisata ke luar negeri menjadi lebih mahal bagi warga negara asing, sehingga mereka lebih tertarik untuk berwisata ke negara berkembang seperti Indonesia.
Dampak Negatif Penurunan Dolar AS
- Nilai Ekspor Indonesia Bisa Melemah
Indonesia merupakan negara yang banyak mengekspor komoditas, jika dolar melemah, harga ekspor dalam dolar menjadi lebih rendah, sehingga penerimaan dari ekspor bisa berkurang
- Potensi Inflasi Jika Harga Komoditas Global Naik
Penurunan dolar sering kali dikaitkan dengan kenaikan harga komoditas global, seperti minyak dan bahan pangan. Jika harga minyak dunia naik, biaya produksi dan transportasi juga meningkat, yang pada akhirnya bisa memicu inflasi di Indonesia.
Dengan demikian, penurunan dolar AS memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat umum, dampaknya bisa bervariasi tergantung pada sektor ekonomi yang terkena imbas. Jika harga barang impor turun dan inflasi tetap terkendali, maka daya beli masyarakat bisa meningkat. Namun, jika ekspor melemah dan investasi asing berkurang, pertumbuhan ekonomi bisa melambat.
Oleh karena itu, kebijakan ekonomi yang tepat dapat diperlukan untuk memanfaatkan peluang dan meminimalkan risiko dan fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.