Sahabat Baru Nisa

Oleh: Emily Sunarya, Kelas : 6A

Hari menjelang sore, Nisa ingin sekali jalan-jalan ke pantai menyusuri pesisir pantai kala sore hari nan indah. Biasanya ia ke pantai bersama kak Aisyah, tetapi kak Aisyah sedang sibuk dengan tugas sekolahnya, sehingga Nisa kali ini menyusuri pantai sendirian.

Bersyukur lokasi pantai dengan rumahnya sangat dekat, cukup dengan berkendara sepeda lima menit saja, ia sudah sampai disana.

“Kamu yakin mau tetap ke pantai sendirian?” Tegur kak Aisyah

“Iya, kak, boleh yah, please.” Rayu Nisa.

“Ok, tapi hati-hati, yah! Tidak boleh ngobrol dengan orang yang tidak kamu kenal dan jangan terlalu lama.”

“Tenang saja, kak. Aku hanya ingin melihat sunset.” Dengan mata berbinar Nisa membayangkan Sunset berwarna jingga menyinari wajahnya.

Meskipun bertahun-tahun Nisa telah tinggal didaerah pesisir pantai, di Desa Ciwaru yang berdekatan dengan bibir pantai area Pelabuhan Ratu, Nisa selalu menikmati keindahan disana, berupa Curug Cimarunjung yang cukup dekat dengan pantai Palangpang, sehingga keindahan air terjun yang biasa disebut curug dapat terlihat sangat indah sekali dari sisi pantai. Itulah yang membuat Nisa betah berlama-lama di pantai.

“Aku ijin pergi, kak.” Nisa pun berpamitan sambil melambaikan tangan dan mengoes sepeda menyusuri jalan luas menuju pantai.

“Ingat, yah, dek, pulang sebelum magrib!” kak Aisyah membalas lambaian tangan Nisa dan tersenyum.

Jalanan menuju pantai dengan pepohonan dan penghijauan selalu terjaga kebersihannya dan terlihat sangat indah. Hijab Nisa berwarna abu-abu, berbahan halus terlihat melambai tertiup angin, sangat serasi dengan corak pakian berupa kaos dan bercelana panjang berwarna hitam.

Sesampainya di pantai,

“Ouch! Permisiii.”  Suara nyaring Nisa terdengar. Hampir saja Nisa  menabrak pintu mobil yang baru saja terbuka.

“Maaf, yaaah. Hai, kamu tunggu dulu.” Panggil Maria. Seketika Nisa pun berhenti dihadapan Maria.

“Iya. Kamu panggil saya?” Seru Nisa.

“Kamu mau ke pantai, bolehkah aku bersama kamu?” Tetiba Maria ingin ke pantai bersama Nisa, disaat ia sudah diantar bersama ayahnya. Ia setuju sambil mengangguk.

“Namaku Nisa.” Diarahkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Maria. Maria menyambut tangannya, terlihat mereka sambil tersenyum bahagia.

“Hi, aku Maria.” Lanjut ia meminta ijin kepada ayahnya untuk bermain bersama di pesisir pantai.

“Kamu tinggal dimana?” Tanya Maria sambil mereka berjalan bersama menyusuri jalanan dipenuhi pasir dan terlihat disekililingnya pohon kelapa. Nisa menuntun sepedanya disisi yang berbeda.

“Tidak terlalu jauh dari sini, hanya kisaran lima menit, bersama orangtua dan kak Aisyah. Kalau kamu tinggal dimana?”

“Wah, asik sekali. Aku berasal dari Papua, ikut ayah bertugas disini, kami bertiga, tetapi mama tidak ikut sedang dirumah.”

Mereka tinggal dirumah dinas untuk kisaran tiga tahun selama ayah Maria bertugas.

Mendekati tepi pantai, Nisa menyimpan sepedanya lalu mengajak Maria untuk berlomba mencari kerang. Ia memberi peraturan yang paling banyak mendapatkan kerang itulah yang pemenangnya.

“Ayooo, kita berlomba, ya!” Seru Nisa

“Ayo, siapa takut.” Ujar Maria

Terlihat matahari semakin terbenam berwarna jingga menambah keindahan pantai, Maria pun terpesona dengan keindahan pantai Palangpang dan curug-nya.

“Wow, air terjunnya ternyata dekat, ya!? Indah sekali seperti lukisan.

“MashaAllah, benar sekali Maria, indah dan alami. Di Sukabumi ada kisaran sebeles air terjun, yang biasa kita menyebutnya curug. Yang itu namanya Curug Cimarunjung.

“Aku ingin kesana.”

“Kamu bisa minta ayah kamu berkunjung kesana,” Jawab Nisa.

Hari kian sore, Maria-lah pemenangnya yang mengumpulkan kerang terbanyak.

“Wow, kamu hebat sekali mengumpulkannya.” Tak ada rasa persaingan, keduanya menikmati dan bahagia, kebahagian mereka diabadikan Maria lewat ponsel yang direkamnya. Suasana kian mendekati waktu sholat magrib, sudah terdengar dari toa masjid terdekat, dengan tergesa Nisa pun berpamitan.

“Sudah jelang magrib, waktunya bergegas pulang, yuk! Maria bersiap sholat magrib, yuk.” Ajak Nisa.

“Hmm. Maria berpikir sejenak dan tersenyum. “Maaf, yaaah, saya beragama Kristen.” Dikatupnya kedua bibir Maria menahan tertawa.

Sekejab wajah Nisa merona malu, “Oh! Aku yang minta maaf, maaf ya sudah ajak kamu sholat.”

“Haha, nggak apa kok. Santai saja, aku nggak marah. Besok kita main lagi, ya.” Pinta Maria, Nisa pun setuju.

Alhmadulillah, Nisa memiliki sahabat baru. Dan, ternyata mereka satu sekolah, setelah mereka saling menginformasikan sekolahnya karena hanya satu-satunya yang terdekat dikawasan mereka. Selanjutnya, Nisa berpamitan dengan papa Maria.

Tag :  

Popular Artikel
Senangnya Sekolah di SDIT IQRO
Oleh : Nafeeza Syifaa Kamila, Kelas 6C Bismillah... Saya adalah salah satu murid SDIT IQRO yan..
Aku Adalah Seorang Guru
Oleh : Mutiah Madani, S.Pd.I Aku Adalah Seorang Guru Biasa Tak Ada Kelebihan yang Perlu Dibanggak..
9 Hal Yang Wajib Dilakukan Saat Mengajar
Oleh : Suci Yulianty, S.Kom, M.Pd           Sekolah, memang telah menjad..