Pada Suatu hari ada pejuang-pejuang kemerdekaan negaranya, nama-nama pejuang itu ada Mahen, Jono, Cahyo, Jeman, Rehan, Haekal, dan Ilham. Meraka adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa yang berjuang untuk kemerdekaan.
Pada tahun 1988 ada sebuah pemberontakan wilayah dari tentara sekutu yang berada di Sulawesi tengah. Sebelum ada pemberontakan tersebut, para warga hidup dengan rukun, damai, dan tentram. Sampai pada keadaan tertentu terdapat seseorang yang berteriak “Toloong..” Sontak para warga berhambur berlarian, para warga kemudian sibuk mencari sumber suara teriakan, dan di antara yang ikut mencarinya adalah tujuh pemuda tadi.
Pemuda-pemuda tersebut berpencar untuk mencari orang tersebut, sampai pada suatu ketika, Jeman dan Jono tak sengaja melihat markas sekutu yang berada di arah timur mereka.
Lalu dengan cara yang senyap, Jeman dan Jono berusaha memberi tahu rekan-rekannya. Kemudian informasi itu sampai kepada lima rekannya, dan kelima pemuda itu berada di posisi yang sama. Mereka menyusun strategi untuk menyusup markas tentara tersebut, setelah menyusun rencana lalu mereka berjalan dengan penuh kehati-hatian menuju pintu markas tentara tersebut. Sesampainya di sana, mereka melihat penjaga markas sedang tertidur. Tanpa berpikir panjang mereka langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk ke dalam markas, sesampainya di markas mereka terkejut dengan banyaknya senjata yang tentara itu miliki.
Beberapa saat kemudian saat mereka ingin keluar dari markas dan membawa beberapa senjata dari markas tersebut, Mahen tak sengaja menginjak kayu yang ada didekatnya,
“Crkkk” suara padahan kayu yang lumayan keras itu seketika membuat beberapa prajurit yang berada di sekitar markas curiga dan membuat si penjaga pintu markas terbangun. Ketujuh pemuda ini panik dan berusaha mengendap-ngendap mencari tempat persembunyian yang aman.
Para prajurit mengambil senjata dan mencari sumber suara tersebut, namun mereka tidak menemukannya. Setelah kecurigaan para prajurit itu hilang, para pemuda mengintip dan melihat-lihat kondisi, setelah dirasa aman mereka berusaha keluar dari persembunyiannya dan berusaha untuk keluar markas.
Namun, sesaat sebelum keluar salah satu dari mereka yaitu Haekal mendengar ada rintihan suara tangis balita. Setelah dicari-cari sumber suara tersebut, mereka terkejut karena terdapat ibu hamil, anak balita, dan sejumlah pemuda yang berada di ruangan sebelah mereka. Lalu Haekal menginformasikannya kepada rekan-rekannya. Kemudian para pemuda ini mencari cara untuk membebaskan orang-orang tersebut dan membawanya keluar, setelah melakukan berbagai macam upaya akhirnya mereka berhasil membuka pintu yang terkunci dan mengeluarkan orang-orang tersebut.
Setelah berhasil mengeluarkan orang-orang tersebut, mereka bersama-sama berusaha mencari jalan keluar dari markas itu. Namun usaha mereka diketahui oleh tentara sekutu, dan para pemuda-pemuda tersebut melawan para tentara sekutu dengan senjata yang dicuri sebelumnya. Beberapa pemuda melawan dan terjadi baku tembak dengan para prajurit yang berjaga, sedangkan beberapa pemuda lainnya berusaha membawa pergi orang-orang yang sebelumnya ditahan oleh para tentara sekutu itu.
Kemudian orang-orang tersebut berhasil diselamatkan dan keluar dari markas sekutu, mereka meminta tolong kepada warga sekitar, kemudian para warga langsung membantu mengobati luka-luka orang-orang tersebut. Beberapa waktu kemudian, para pemuda yang sebelumnya berperang dengan tentara sekutuitu pun kembali dengan selamat dan berhasil mengalahkannya.