Mendidik Anak, Tanggung Jawab Siapa

Oleh : Dra Harjanti

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (An Nisa : 19).

“ Ah, namanya juga anak jaman now memang begitu, Bu...tidak mau diatur. Apa-apa maunya sendiri. Beli baju, sepatu, tas, pokoknya semua maunya pilih sendiri. “
“Memangnya kita dulu?  Minta dibelikan sesuatu, tiba-tiba sudah ada tanpa dapat memilih. Yang penting ukurannya pas!”
Atau. “Mama nanti di acara wisuda aku pakai seragamnya nuansa ungu ya, make upnya begini, sepatunya begitu, ... bla ..bla...
     Hal-hal di atas masih tergolong “aman”. Bagaimana dengan peristiwa-peristiwa lain yang bisa membuat orang tua miris melihat anak-anak yang dulu manis dan lucu kini seolah tercerabut dari dunia kanak-kanaknya. Yang amat mengkhawatirkan bila batas-batas akhlak, etika, dan aturan sudah ditabraknya. Karena mereka merasa sudah melakukan hal yang benar dan keren dalam pandangan mereka. 
     Sebut saja Si A,  kelas 5 SD dengan mesranya berwapri mama papa dengan teman lawan jenisnya. Bahkan sudah membahas tentang kapan melamar dirinya. Astagfirullah. Atau Si B, kelas 3 SD sudah punya instagram dan sering mengunggah foto dirinya. Kalau anak sudah bisa berinstagram, terbayangkah oleh kita para pendidik apa saja yang mungkin sudah dilihatnya di instagram orang lain? Ya Allah..bergidik saya membayangkan tayangan-tayangan menyeramkan yang akan melukai otaknya yang masih amat muda.
     Alangkah besar amanat yang dipikul orang tua dan pendidik tentang “anak”. Anak seperti tabungan yang menunggu suatu masa akan panen hasilnya. Bila tabungan itu diisi dengan kebaikan-kebaikan, maka akan menuai hasil kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, tentu keburukan yang akan terus melekat dan menjadi karakter kesehariannya. Baik-buruknya perlakuan dan pendidikan yang dialami oleh anak, maka itulah bekal mereka sebagai pelanjut generasi.  Amat mengerikan apabila kita meninggalkan anak-anak yang lemah sebagai pengemban peradaban di zaman mereka dewasa nanti. Lemah iman, lemah pengetahuannya, lemah semangat, dan sebagainya. Akibatnya,  mereka akan terlindas oleh keadaan dan dikuasai musuh-musuh Islam.  Orang-orang yang beriman selalu berlindung kepada Allah dari meninggalkan anak-anak yang lemah.
     Mendidik  di era anak zaman sekarang memang penuh  tantangan.  Banyak hal yang menjadi tantangan dalam mendidik anak: gadget, manajemen waktu, kemampuan berkomunikasi, kemampuan menjaga diri, bertanggung jawab, dan toleransi.  
1.    Gadget
Banyak penelitian dan kasus yang sering kita temui tentang pengaruh gadget pada perkembangan anak. Walaupun dampak positifnya juga ada, alangkah bijaknya orang tua/pendidik juga mewaspadai dampak negatifnya. Fuad Effendi, mahasiswa Unibraw  tahun 2013  menuliskan dalam penelitiannya di antara dampak negatif gadget adalah kurang sabar, masalah konsentrasi, anti sosial, ingin yang mudah, cepat puas, berfikir dangkal, dan masalah kesehatan mata. 

2.    Manajemen waktu dan kemampuan berkomunikasi
Banyak orang tua masa kini ayah ibunya bekerja di luar rumah. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga juga terbatas. Mereka  ingin memenuhi kebutuhan pendidikan dan hal-hal lain yang lebih berkualitas untuk keluarga. Apalagi kadang untuk mendapatkan sekolah yang berkualitas dengan standar mereka butuh biaya yang besar. Di sinilah diperlukan manajemen waktu yang baik. Sehingga pertemuan dengan keluarga menjadi berkualitas. Hal ini amat terkait dengan pola  dan kemampuan kumunikasi yang baik. Orang tua yang hanya fokus pada kelemahan dan hal-hal negatif anak akan melontarkan pernyataan–pernyataan yang bisa merendahkan harga diri dan rasa percaya diri anak. Ingatlah, anak adalah peniru yang baik. Apapun yang dilakukan orang tua/gurunya akan dengan mudah ditiru dan diserapnya. Seorang pakar pendidikan anak, Kak Seto, ketika ditanyakan bagaimana dia mengatur waktunya yang super sibuk untuk keluarga, juga menerapkan hal ini. Ada waktu-waktu yang disempatkan untuk menyapa anggota keluarganya walau ia sedang berada jauh. Juga ada rapat keluarga yang rutin dilaksanakan untuk saling evaluasi diri. Hal ini juga senada yang dilaksanakan oleh Steven R. Covey dalam bukunya Tujuh Kebiasaan Orang-orang Sukses.

3.    Kemampuan menjaga diri
Kemampuan menjaga diri adalah ketika anak sudah mampu memilah mana hal yang aman dan mana yang berbahaya untuk dirinya. Adanya pembulian secara seksual, mampu mengatakan “tidak” bila ada orang asing yang mengajaknya pergi, bermain dengan benda-benda yang aman bersama teman, adalah beberapa contoh kemampuan ini. 

4.    Kesadaran bertanggung jawab 
Hal ini harus diajarkan dan ditanamkan kepada anak sejak dini. Dampaknya nanti anak akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru. Di mulai dari hal-hal kecil di rumah juga di sekolah, aturan-aturan perlu ditegakkan. Sanksi –sanksi yang disepakati juga harus mengikutsertakan pemahaman anak di dalamnya.

5.    Toleransi 
Bagaimana anak bisa berjiwa besar menghargai perbedaan dengan orang lain. Hal ini perlu diajarkan karena banyak tayangan film yang kadang mengajarkan untuk balas dendam, pemarah, dsb. Tentunya harus jelas frame anak mana yang sudah merupakan prinsip dalam agama, misalnya dan mana yang tidak. Secara tidak langsung orang tua/pendidik mengajarkan anak untuk bisa bersikap bijak karena melihat masalah tidak hitam putih. Tapi bisa melihat dari berbagai sudut pandang. 

     Tantangan kelima hal di atas bisa intinya bisa dihadapi dan diselesaikan bila ada kerja sama yang baik dari semua pihak yang terkait. Dalam skala keluarga dan masyarakat, misalnya masyarakat sekolah,  mampu menjalin komunikasi yang efektif dan konsisten melakukan  pendampingan (coaching) pada anak. Di samping itu adanya pelatihan dan pencerahan di lembaga-lembaga swadaya masyarakat amat besar perannya membuka wawasan orang tua dan pendidik untuk turut andil menciptakan generasi yang kuat di masa datang.

Tag :  

Popular Artikel
Senangnya Sekolah di SDIT IQRO
Oleh : Nafeeza Syifaa Kamila, Kelas 6C Bismillah... Saya adalah salah satu murid SDIT IQRO yan..
Aku Adalah Seorang Guru
Oleh : Mutiah Madani, S.Pd.I Aku Adalah Seorang Guru Biasa Tak Ada Kelebihan yang Perlu Dibanggak..
9 Hal Yang Wajib Dilakukan Saat Mengajar
Oleh : Suci Yulianty, S.Kom, M.Pd           Sekolah, memang telah menjad..