Oleh : Darmini, M.Pd
Saat itu aku baru beberapa tahun mengajar di SDIT IQRO’. Ada satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh sekolah dalam rangka meramaikan dan mensyiarkan mulianya bulan Ramadhan yaitu ifthor jama’i. Saat pembagian tugas, aku mendapat tugas mendampingi kelas 2 saat itu wali kelasnya Bu Harjanti.
Murid-murid berdatangan sekitar waktu ashar, ada yang sholat ashar di sekolah ada juga yang sudah melaksanakan di rumah. Guru-guru sudah datang sejak pagi untuk mendampingi kakak kelas 5 dan 6 mengikuti kegiatan pesantren Ramadhan. Kegiatan ifthor jama’i saat itu sangat meriah, ada kegiatan gabungan kelas bawah dan kelas atas, juga ada kegiatan ifthor jama’i untuk orangtua murid.
Ada momen yang tidak terlupakan sampai sekarang, yaitu saat kegiatan menunggu berbuka puasa di masing-masing kelas. Seperti disebutkan di atas tadi, aku mendampingi kelas 2 bersama Bu Harjanti. Di sela-sela kegiatan menunggu berbuka tampak wajah anak-anak kelas 2 yang sudah lemas karena menahan lapar dan dahaga, bahkan ada yang sampai rebahan saking lemasnya tubuh. Aku ajak dialog teman-teman kelas 2 yang sedang berpuasa itu untuk mengurangi rasa lapar dan hausnya.
Aku bertanya kepada mereka sejak kapan berpuasa, mereka menjawab beragam ada yang dari TK dan dari kelas 1. Mereka bangga sekali bisa berpuasa penuh sampai maghrib. AKu tanyakan kepada mereka bagaimana jika puasanya dibatalkan saja atau buka sekarang karena sudah sangat lemas. Mereka menggeleng tetap ingin berpuasa sampai maghrib tiba. Aku sangat terharu, begitu kuatnya iman murid-murid SDIT IQRO’ sehingga mau berpuasa sampai maghrib walau mereka masih anak-anak.
Saat mengenang ifthor jama’i di SDIT IQRO’ aku jadi teringat saat SMA dulu, temanku bercerita dengan entengnya bahwa dia pernah berbuka puasa di siang hari karena tidak tahan haus setelah mengantar ibunya dari pasar bahkan ibunya pun menyetujui karena kasihan melihat anaknya kehausan. Aku pun teringat juga saat mengajar di sekolah lain, saat itu aku sedang mengajar di kelas 4. Karena waktu itu Ramadhan, aku bertanya kepada mereka “Apakah kalian berpuasa?” Mereka menjawab beragam, sebagian besar puasa namun yang mengagetkan hanya sedikit yang berpuasa sampai maghrib. Mereka berpuasa hanya setengah hari bahkan ada yang belum kuat berpuasa. Aku pun beristighfar… Teringat anak-anak SDIT IQRO’ beda sekali. Salut untuk orangtua dan guru-guru IQRO’. Jempol telu…..
Sungguh istimewa murid-murid SDIT IQRO’, mereka dididik untuk mencintai agamanya dengan menjalankan perintah Allah semenjak belia. Semoga para orangtua murid dan guru-guru SDIT IQRO’ diberikan keberkahan dan ganjaran yang baik oleh Allah SWT atas semua usaha dan ikhtiarnya.
Ayo calon ayah bunda yang ingin mendaftarkan putra putrinya ke SDIT IQRO’ masih ada kursinya nih…. (hehehe). SDIT IQRO’ mempunyai visi Membangun Generasi Yang Benar Pintar Segar. Salah satu usahanya cerita yang di atas tadi ya… itu nyata loh bukan karya imajinasi saya…
Semoga bermanfaat bagi yang membaca…
Wassalam