Cara Kreatifku Mengajar

Oleh : Suci Yulianty, S.Kom, M.Pd

Pembahasan mengenai guru itu selalu menarik bagi saya, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid akan sukses. Guru adalah sosok inspirasi dan motivasi murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.

Untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi, seorang guru memang harus pandai-pandai dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Diperlukan cara-cara kreatif untuk bisa menarik perhatian siswa dan agar siswa tidak bosan dengan apa yang kita sampaikan, sehingga materi pelajaran sampai kepada anak namun anak tidak merasa jenuh, bosan bahkan sebal terhadap suatu mata pelajaran.

Mata pelajaran yang berat akan terlihat sangat menyebalkan di mata siswa jika penyampaiannya monoton, teks book dan ceramah. Apalagi jika siswa kita bertemu dengan mata pelajaran yang butuh banyak menghafal pasti akan sangat membosankan dengan metode-metode pembelajaran di atas. Tentu saja, hal semacam ini membutuhkan kreativitas dari guru.

Pertama menjadi guru, jujur saya sangat-sangat bingung harus bagaimana? Apalagi bukan kuliah di jurusan pendidikan dulu. Ditambah lagi yang dihadapi adalah anak-anak SD yang masih butuh perhatian kita dalam belajar. Namun, seiring waktu dan kebiasaan, akhirnya saya mencoba menggabungkan beberapa metode dalam mengajar, tidak hanya ceramah, tapi sesekali diselingi dengan ice breaking, diskusi, praktek langsung ke lapangan, dan lain-lain.

Seperti ketika saya mengajar matematika di kelas 4 SD, waktu itu saya akan mengajarkan materi bilangan prima dengan kompetensi dasar mengenal bilangan prima. Pertama kali ke kelas saya hanya menerapkan metode mengajar menjelaskan tanpa membawa media. Bagi anak yang cepat dalam menangkap pelajaran, tentu tidak akan ada masalah. Namun, dalam mengajar kita harus mengetahui sisi lain dari karakteristik siswa. Saya melihat banyak siswa yang masih kebingungan tidak mengerti dengan apa yang saya sampaikan. Benar saja, saat saya melakukan evaluasi ternyata ada banyak anak yang belum mengerti apa itu bilangan prima.

Alhasil, pada pertemuan selanjutnya saya coba untuk membuat cara menyampaikan konsep bilangan prima dengan membuat lingkaran warna penolong. Saya berharap hal ini akan membantu mereka untuk memahami materi bilangan prima. Secara konsep, bilangan prima adalah bilangan yang hanya bisa dibagi satu dan bilangan itu sendiri. Seperti biasa, saya memulai kegiatan belajar dengan berdoa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Lalu saya mengajak mereka untuk membuat lingkaran-lingkaran kecil dari karton warna-warni. Pertama-tama mereka membentangkan karton tersebut di lantai. Setelah itu mereka membuat lingkaran-lingkaran kecil dengan menjiplak menggunakan koin Rp 500,00 (lima ratus rupiah) dan memotongnya.

Kemudian mereka mulai mengumpulkan lingkaran-lingkaran warna-warni itu. Saya menjelaskan kepada mereka, misalkan kita akan mengetahui apakah 5 (lima) adalah bilangan prima maka letakkan lingkaran-lingkaran tadi di lantai berbaris dua banjar (berpasangan). Jika dalam barisan tersebut ada sisa satu yang tidak punya pasangan maka itu adalah bilangan prima. Mereka mulai mempraktekkan dengan bilangan prima yang lain. Selanjutnya, mereka pun mulai senang belajar bilangan prima, dan ketika saya menyebutkan angka secara otomatis mereka langsung membuat barisan dari lingkaran warna tadi di atas lantai atau meja. Mereka berlomba-lomba menjawab pertanyaan dari saya.

Tak sampai di situ, saya juga memantapkan lagi dengan ice breaking tepuk bilangan prima untuk menyegarkan suasana. Caranya adalah ketika saya menyebutkan angka yang merupakan bilangan prima maka mereka harus tepuk tangan dua kali. Nah, jika saya menyebutkan angka yang bukan bilangan prima maka mereka harus tepuk tangan sekali saja. “Wah, luar biasa” mereka tambah senang dan mengerti. Terlebih lagi ketika saya mengadakan evaluasi di akhir pembelajaran. Banyak anak yang sudah memahami apa itu bilangan prima.

Sampai di sini saya memahami jika mengajar anak-anak itu memang membutuhkan kreativitas yang banyak dari gurunya. Bahkan, kadang kita perlu untuk mengajak mereka keliling di sekitarnya karena ternyata banyak anak-anak yang kurang bereksplorasi ketika mereka berada di tengah-tengah keluarganya. Kadang juga kita harus banyak menyanyi dengan mengubah lirik lagu yang dekat dengan mereka, dan kita ganti dengan materi yang akan kita sampaikan.

Semoga saya dan guru-guru yang lain dapat terus berkreatifitas dalam menyampaikan pembelajaran di kelas. Sehingga apa yang kita sampaikan akan tersampaikan dengan baik dan menghasilkan prestasi luar biasa bagi anak didik kita sekarang dan kelak di masa depan.

 

BIODATA

Suci Yulianty, lulusan S2 MIPA ini dilahirkan di Jakarta. Guru kelas 6 SDIT IQRO’ yang memiliki hobi menulis sejak kecil. Sudah 32 buku antologi cerpen, puisi dan cerita anak yang ia terbitkan. Dan 3 buku solo berjudul “Misteri Sepatu Biru” (kumpulan cerita anak), “Ayuna Sakit Gigi” (Picbook), dan “Menapak Jejak Desember” (kumpulan cerpen). Namun ia tetap semangat dalam mencari ilmu kepenulisan untuk menambah wawasan dan pengalamannya. Tergabung dalam Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Bekasi dan guru menulis. Bisa disapa melalui IG: hazwa13

Tag :  

Popular Artikel
Senangnya Sekolah di SDIT IQRO
Oleh : Nafeeza Syifaa Kamila, Kelas 6C Bismillah... Saya adalah salah satu murid SDIT IQRO yan..
Aku Adalah Seorang Guru
Oleh : Mutiah Madani, S.Pd.I Aku Adalah Seorang Guru Biasa Tak Ada Kelebihan yang Perlu Dibanggak..
9 Hal Yang Wajib Dilakukan Saat Mengajar
Oleh : Suci Yulianty, S.Kom, M.Pd           Sekolah, memang telah menjad..