
Suatu pagi, di perpustakaan usang terdapat seorang laki-laki yang tengah mencari buku tentang sejarah Indonesia yang berjudul “Perjoeangan”. Ia mengambil buku tersebut, dan mengusap debu yang menyelimuti buku itu. Perlahan la membuka halaman perhalaman, banyak sekali kertas yang hilang, lembaran yang bernoda bahkan robek.
“Pak, saya pinjam buku ini” ucap laki-laki itu kepada penjaga perpustakaan.
“Ambil saja buku itu, ku beri untukmu, jaga baik-baik”
Laki-laki itu seketika tersenyum riang, “Benarkah? terima kasih kalau begitu, saya akan menjaganya dengan baik”
“Sambil berjalan keluar perpustakaan di tengah perjalanan ia memandangi buku itu dengan teliti, buku itu ditulis oleh orang Indonesia dan tertera “1945 MERDEKA!” Laki-laki itu semakin penasaran dengan buku itu dan berniat ingin membacanya saat di rumah nanti. Sesampainya di rumah, Ibu dari laki-laki itu menyambutnya dengan hangat.
“Maga... Buku apa yang kamu bawa?” ucap sang ibu.
“Seperti biasa” ucap Maga dengan santai.
Maga memang senang mengoleksi buku-buku bersejarah, terutama sejarah Indonesia, entah mengapa sejarah Indonesia sangat berarti baginya. Ibunya kemudian menyediakan makanan untuk Maga, kemudian mereka makan bersama.
“Maga... Apa cita-citamu?” tanya ibu.
Sontak Maga memandang ke arah ibunya dan terdiam, “Setidaknya, aku ingin menjadi orang yang bermanfaat bu” ucap Maga dengan tatapan yang mendalam.
“Benar, jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain.” balas ibu menatap hangat anaknya.
Maga tersenyum kemudian memeluk erat ibunya, singkat cerita malampun tiba. Bulan dan bintang menampakkan dirinya di langit. Maga tengah membaca buku yang ia ambil tadi pagi, semakin serius Maga membaca, tak sadar dirinya terlelap dan masuk ke alam mimpi. Namun, alam mimpi ini berbeda dari biasanya karena mimpi ini seakan nyata, matanya terbuka dan dapat melihat sekitarnya. Ia melihat kios-kios lama, dan melihat orang-orang yang berpakaian jadul, ada pula tentara-tentara Jepang yang mengawasi budak-budaknya, yaitu orang-orang Indonesia yang dijadikan sebagai budak. Maga teringat kisah diceritakan dalam buku yang ia baca, “Sungguh, apakah ini mimpi?”
Ia melihat orang-orang yang tengah berjalan ketakutan, salah satunya ibu-ibu yang menggendong anaknya dengan gemetar. Maga kemudian menghampiri ibu tersebut lalu berkata, “Permisi bu, bolehkah saya bertanya, ini tahun berapa?”
Ibu tersebut mentap Maga dengan ketakutan, “Jangan bunuh anak saya!” teriak ibu tersebut dan lari begitu saja. Sontak Maga terkejut dan bingung, tak disangka para warga melihat Maga dengan tatapan tidak suka.
“Hei, kamu!” sahut salah satu pria dari warga tersebut.
Maga menengok ke belakang dan menatap bingung orang yang memanggilnya.
“Ikut saya!” ucap pria tersebut.
Kemudian pria itu membawa Maga pergi ke suatu rumah usang dengan bangunan tempo dulu, tepatnya rumah pria tersebut.
“Saya Arif” ucap pria tersebut.
“Maga, nama saya Maga” ucap Maga dengan canggung.
“Sebelumnya, maaf jika saya tidak sopan, secara tiba-tiba membawamu ke sini” ucap Arif menunduk dengan rasa bersalah.
Maga mengangguk pelan, “Kenapa Anda membawa saya ke sini?”
“Pemuda seperti kamu sangat berbahaya jika berada di sana”
Maga semakin bingung dengan ucapan Arif.
“Kondisi Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan, pemuda seperti kamu akan mudah diancam oleh tentara Jepang untuk dijadikan budak” ucap Arif dengan serius.
“Kamu bukan pemuda biasa” imbuh Arif dengan menatap Maga dengan penuh makna.
Kini Maga mulai memahami apa yang Arif maksud.
“Bantu kami memerdekakan tanah air ini” ucap Arif dengan menunduk dan meneteskan air mata.
Maga mengelus punggung Arif kemudian berkata, “Negara ini akan merdeka, percayalah!”
“Saya percaya padamu” ucap Arif tersenyum penuh makna.
Maga mulai bangkit dan mengatur semua rencananya untuk memerdekakan negara tercintanya, sesaat Maga memikirkan rencananya, pintu rumah Arif terbuka dan tampak seorang pemuda berpakaian kemeja putih dan celana hitam tengah berlari menghampiri Arif.
“Ayah.. Jepang telah hancur!” ucap pemuda tersebut dengan antusias.
“Dari mana kamu dapat kabar tersebut, Bima?” tanya Arif dengan terkejut.
“Aku mendengar pembicaraan tertara Jepang” ucap Bima.
Maga kemudian menatap pemuda tersebut, “Ini saat yang tepat!” ucap Maga penuh semangat.
“Tunggu.. siapa Anda?” tanya Bima terhadap Maga.
“Saya Maga, saya akan ikut serta memerdekakan negara ini” ucap Maga merangkul Bima.
Bima tersenyum lebar dan mengajak Maga bekerja sama, Maga dan Bima mengumpulkan para pemuda untuk diajak bekerja sama. Kemudian Maga mengusulkan untuk menemui Sukarno dan segera untuk membuat pernyataan kemerdekaan, namun ternyata tidak semudah itu, dikarenakan Sukarno tengah sibuk di luar kota.
“Kita culik Sukarno!” sahut Maga.
Sontak seisi ruangan itu terkejut dan menatap Maga dengan heran.
“Bung, Anda serius?” tanya Bima.
“Saya serius” sahut Maga.
“Baiklah kalau begitu” ucap Arif.
Kemudian mereka sepakat dan segera mempersiapkan rencana besar itu. Sukarno pulang dari luar kota, dan para pemuda melaksanakan rencana itu, mereka menculik Sukarno dan Hatta kemudian dibawa ke suatu rumah.
“Bung.. buat pernyataan kemerdekaan sekarang juga! ini saat yang tepat untuk bangsa kita merdeka!” ucap Maga.
Awalnya Sukarno menolak keras, namun Maga tetap memohon pada Sukarno hingga Sukarno segera membuat teks Proklamasi. Kemudian para pemuda tersebut senang dan gembira, serta bangga atas apa yang mereka rencanakan. Teks Proklamasi telah dibuat oleh Sukarno dan akan segera membacakan di keesokan harinya, para pemuda terlihat bahagia. Kemudian Arif memeluk Maga dengan haru.
“Indonesia akan merdeka! merdeka! merdeka!” teriak Maga.
Keesokan harinya, Proklamasi dibacakan oleh Sukarno dengan disaksikan oleh warga dengan haru dan bangga, bendera merah putih dikibarkan dan dihormati para warga yang menyaksikan. Kemudian tiba-tiba penglihatan Maga memburam dan sekelilingnya terlihat berwarna abu. Maga kemudian terbangun dari tidurnya, dan mengusap matanya. Kemudian menatap buku yang sebelumnya dibaca.